Selasa, 11 November 2014

Contoh Essai "Hari Pahlawan"

Assalamualaikum :)
Aku lagi rajin ngeblog nih hehehe. aku mau share essai pertama kali yang aku buat ya. mohon komentarnya. Ini dia essainya, selamat membaca dan memberi komentar baik kritik maupun saran :)


PAHLAWAN KESIANGAN?
Ditulis oleh : Vikhriya Yustyaningrum

“Tenanglah, pertolongan Allah akan datang, kita telah merelakan diri kita untuk negara dan Agama ini. Merdeka atau Mati Syahid. Allaahu Akbar!!
Slogan perjuangan sekaligus keimanan yang selalu digemakan Bung Tomo kala bertempur melawan Belanda pada 10 November 1945 silam. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini sendiri pecah karena Mayor jendral Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Ultimatum tersebut dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan jelas saja ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia. Karena tidak diindahkan, tentara Inggris membombardir kota Surabaya. Pertempuran yang memakan waktu tiga minggu itu dimenangkan oleh Inggris dan akhirnya kota Surabaya juga jatuh di tangan Inggris dengan memakan ribuan korban jiwa. Karena banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada tanggal 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.
Kini peristiwa berdarah 10 November itu diperingati dengan cara mengadakan upacara di sekolah-sekolah maupun instansi pemerintahan, selain itu sering diadakan lomba-lomba yang mengangkat tema Hari Pahlawan. Tapi masalahnya apa dengan peringatan itu, para generasi muda sudah benar-benar memahami apa itu pahlawan dalam arti yang sebenarnya?
Tidak dipungkiri lagi bahwa yang ada dipikiran mayoritas pemuda Indonesia, pahlawan itu adalah orang yang berperang dan gugur. Sebagian lagi dari generasi muda kita menganggap bahwa pahlawan itu orang yang menanam kebaikan dan membantu orang lain dari kejahatan seperti tokoh super hero. Karena mindset yang seperti itu dan tidak mengamalkan betul jiwa kepahlawanan, banyak diantara generasi muda yang menjadi pahlawan kesiangan.
Pahlawan kesiangan dalam artian hanya membantu orang lain untuk mendapatkan sanjugan dan pujian. Banyak sekali bermunculan jiwa-jiwa pahlawan kesiangan di tengah masyarakat kita kini, mulai dari pejabat tinggi di pemerintahan hingga rakyat biasa. Sebagai contohnya, masih segar diingatan kita ada salah satu petinggi negara Indonesia mengatakan akan membantu KPK mengusut kasus korupsi, beliau juga menyatakan di berbagai media massa bahwa dirinya bebas dari kasus korupsi dan seaindanya beliau ikut terlibat dalam kasus tersebut maka beliau siap digantung di Monas. Ternyata setelah berkoar-koar dan beruasaha mendapat simpati dari rakyat, beliau juga terlibat dalam kasus korupsi itu. Sungguh ironis memang, begitulah jadinya jika jiwa kepahlawanan dalam diri kita tidak diamalkan dengan baik dan hanya digunakan untuk mendapat pujian serta menutupi citra diri yang bobrok.

Mentalitas dan jiwa pahlawan kesiangan yang tertanam dalam diri generasi muda Indonesia harus kita perangi. Apakah kita akan menjadi pahlawan sesungguhnya, melakukan sesuatu dengan niat dari diri kita sendiri, rela mengorbankan jiwa raga dan tidak menginginkan suatu pujian atau kita hanya akan menjadi pahlawan kesiangan? Pilihan itu hanya kita sendiri yang dapat menjalankannya. Segera pilihlah pilihan kalian, lakukan perubahan dan jadilah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang mengharumkan nama bangsa di dunia internasional, pahlawan yang ikhlas mengorbankan jiwa dan raga demi bangsa dan semata-mata bukan karena pujian sehingga bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang tentram, damai, maju dan berjaya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar