Assalamualaikum :)
Aku lagi rajin ngeblog nih hehehe. aku mau share essai pertama kali yang aku buat ya. mohon komentarnya. Ini dia essainya, selamat membaca dan memberi komentar baik kritik maupun saran :)
PAHLAWAN
KESIANGAN?
Ditulis
oleh : Vikhriya Yustyaningrum
“Tenanglah, pertolongan
Allah akan datang, kita telah merelakan diri kita untuk negara dan Agama ini.
Merdeka atau Mati Syahid. Allaahu Akbar!!
Slogan
perjuangan sekaligus keimanan yang selalu digemakan Bung Tomo kala bertempur
melawan Belanda pada 10 November 1945 silam. Pertempuran ini adalah perang
pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Pertempuran ini sendiri pecah karena Mayor jendral Robert Mansergh
mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang
Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat
yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas.
Ultimatum tersebut dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan jelas saja
ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia. Karena tidak diindahkan,
tentara Inggris membombardir kota Surabaya. Pertempuran yang memakan waktu tiga
minggu itu dimenangkan oleh Inggris dan akhirnya kota Surabaya juga jatuh di
tangan Inggris dengan memakan ribuan korban jiwa. Karena banyaknya pejuang yang
gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada tanggal 10 November ini
kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.
Kini
peristiwa berdarah 10 November itu diperingati dengan cara mengadakan upacara
di sekolah-sekolah maupun instansi pemerintahan, selain itu sering diadakan
lomba-lomba yang mengangkat tema Hari Pahlawan. Tapi masalahnya apa dengan
peringatan itu, para generasi muda sudah benar-benar memahami apa itu pahlawan
dalam arti yang sebenarnya?
Tidak
dipungkiri lagi bahwa yang ada dipikiran mayoritas pemuda Indonesia, pahlawan
itu adalah orang yang berperang dan gugur. Sebagian lagi dari generasi muda
kita menganggap bahwa pahlawan itu orang yang menanam kebaikan dan membantu
orang lain dari kejahatan seperti tokoh super hero. Karena mindset yang seperti
itu dan tidak mengamalkan betul jiwa kepahlawanan, banyak diantara generasi
muda yang menjadi pahlawan kesiangan.
Pahlawan
kesiangan dalam artian hanya membantu orang lain untuk mendapatkan sanjugan dan
pujian. Banyak sekali bermunculan jiwa-jiwa pahlawan kesiangan di tengah
masyarakat kita kini, mulai dari pejabat tinggi di pemerintahan hingga rakyat
biasa. Sebagai contohnya, masih segar diingatan kita ada salah satu petinggi
negara Indonesia mengatakan akan membantu KPK mengusut kasus korupsi, beliau
juga menyatakan di berbagai media massa bahwa dirinya bebas dari kasus korupsi
dan seaindanya beliau ikut terlibat dalam kasus tersebut maka beliau siap
digantung di Monas. Ternyata setelah berkoar-koar dan beruasaha mendapat
simpati dari rakyat, beliau juga terlibat dalam kasus korupsi itu. Sungguh
ironis memang, begitulah jadinya jika jiwa kepahlawanan dalam diri kita tidak
diamalkan dengan baik dan hanya digunakan untuk mendapat pujian serta menutupi
citra diri yang bobrok.
Mentalitas
dan jiwa pahlawan kesiangan yang tertanam dalam diri generasi muda Indonesia
harus kita perangi. Apakah kita akan menjadi pahlawan sesungguhnya, melakukan
sesuatu dengan niat dari diri kita sendiri, rela mengorbankan jiwa raga dan
tidak menginginkan suatu pujian atau kita hanya akan menjadi pahlawan
kesiangan? Pilihan itu hanya kita sendiri yang dapat menjalankannya. Segera
pilihlah pilihan kalian, lakukan perubahan dan jadilah pahlawan yang
sesungguhnya. Pahlawan yang mengharumkan nama bangsa di dunia internasional,
pahlawan yang ikhlas mengorbankan jiwa dan raga demi bangsa dan semata-mata
bukan karena pujian sehingga bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang tentram,
damai, maju dan berjaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar